Selasa, 31 Maret 2009

Kebahagiaan itu dibuat Bukan di Cari

http://renungan-indah.blogspot.com

Jika membicarakan kebahagiaan, tentu kita ingat juga kata cinta. Sebab kebahagiaan identik dengan keberadaan cinta. Kita harus
mengetahui diri sendiri, apa yang membuat kita merasa bahagia. Sebab, kebahagiaan harus kita sendiri yang membuat, bukan kita yang mencarinya.

Pabrik kebahagiaan berada di dalam sanubari kita sendiri. Percuma Anda pergi ke ujung dunia untuk mencari kebahagiaan. Kebahagiaan tak akan Anda dapatkan di mana pun, kecuali Anda yang membuat diri berbahagia di mana pun dan kapan pun.

Faktor yang paling penting untuk membuat kita tetap sehat, sejahtera, dan bahagia, adalah mencintai dan merasa dicintai.
Bersikaplah realitis dan rencanakan sejumlah mukjizat untuk diri sendiri dan merasakan kebahagiaan itu datang dan terjadi pada kita, sebab cinta itu perlu keutuhan tubuh, pikiran, dan jiwa.

Cinta seperti segala sesuatu lainnya adalah sebuah pilihan.

Pada setiap saat dalam perjumpaan dengan orang lain, atau dalam setiap pikiran tentang diri kita sendiri, kita memiliki suatu
pilihan: entah untuk menghakimi atau coba untuk mengerti terhadap apa yang sedang dihadapi, yang harus dijalani, dan yang akan
direncanakan.

Energi Cinta

Cinta adalah energi. Rasakan energi itu mengalir ke dalam bagian tubuh kita, maka kita merasakan satu kehangatan, kedamaian, dan kebahagiaan, memasuki tubuh dan sanubari.

Dan energi cinta itu tidak harus selalu kita dapatkan dari luar. Justru yang paling manjur adalah cinta yang dihasilkan dari diri
kita sendiri.

Dengan mencintai dan jujur pada diri kita sendiri tentang arti cinta, maka kita tidak akan menyia- nyiakan cinta yang sudah ada dan ber- tumbuh dalam diri kita. Itulah awal pabrik kebahagiaan berproduksi dalam hati.

Sering terjadi pada banyak pasangan yang menyia-nyiakan perasaan cinta, yang tadinya menjadi suatu awal untuk keputusan hidup bersama. Kita sering lengah untuk memelihara cinta tersebut.

Cinta yang dalam adalah dalam bentuk kasih sayang yang bisa kita ibaratkan seperti sebuah otot dalam tubuh kita, semakin dilatih dan dipelihara, maka akan jadi semakin kuat dan semakin bermanfaat untuk melancarkan gerakan dalam hidup.

Pada saat cinta mulai memudar dan perlahan tapi pasti kasih sayang terhadap pasangan mulai menghilang, maka kita baru sadar bahwa selama ini kita tidak menghargai keberadan cinta pasangan kita.

Di saat kita memiliki penuh, justru kita sia-siakan! Tetapi, di saat kita mulai merasa terancam kehilangan, kita berusaha mati-matian untuk mendapatkan pengakuan bahwa dia harus tetap menjadi milik kita!

Sayangnya, dalam berjuang mempertahankan atau mencoba mengembalikan cinta pasangan, yang banyak terjadi adalah kita tidak kembali merebut cinta dengan cinta. Kita salah langkah, salah bertindak, juga salah mengadaptasikan kembali cinta itu pada keharmonisan hubungan.

Maka, yang terjadi adalah cinta semakin jauh untuk dikembalikan, semakin jauh untuk diraih, karena kita membuat hubungan menjadi semakin membara dengan argumentasi yang mau menang sendiri, dengan amarah yang panas dan membuat cinta menjadi hanya legenda yang pernah ada dalam hubungan sebagai pasangan. Cinta musnah dibakar api amarah dan cemburu.

Mudah Sirna

Kenapa cinta yang membawa kebahagiaan pada pasangan menjadi begitu mudah sirna? Cinta yang demikian cepat pudar dan akhirnya lenyap dimakan waktu, antara lain adalah cinta yang diawali kata “karena” atau kata “kalau”.

Cinta bisa abadi dan penuh toleransi jika sudah melebur dan berubah menjadi cinta dimulai dengan kata “walau” atau “walaupun”.

Contoh cinta yang diawali kata “karena” adalah “Karena kamu cantik, maka aku mencintaimu! ” Kemudian, “Karena kamu seorang direktur, maka saya mencintaimu! ”

Lalu, contoh cinta yang diawali kata “kalau” adalah “Kalau kamu cinta saya, maka kamu seharusnya memenuhi kebutuhan saya!”
atau “Kalau kamu cinta saya, maka kamu selalu memperhatikan saya!”

Nah, bandingkan bunyi kalimat cinta yang diawali kata “walau”.

“Walaupun hidup kita kekurangan, tetapi saya tetap mencintaimu! ”
Begitu juga dengan, “Walau kamu sekarang di-PHK, saya tetap mencintaimu! ” atau “Walau sekarang kulitmu sudah keriput, aku tetap mencintaimu! ”

Banyaknya pasangan yang membekali diri untuk hidup bersama dengan cinta berawalan “karena” dan “kalau”, maka keluhan yang paling sering terdengar dalam ruang konsultasi adalah “serumah, tapi terasa asing” dan “setempat tidur, tapi tidak tertarik lagi”.

Cinta “karena” dan cinta “kalau” mudah pudar dan luntur. Berbeda dengan cinta “walau” yang penuh toleransi, penuh pengertian, bahkan penuh maaf atas apa yang terjadi pada pasangan kita.

Kita mampu berkata, “Walau kamu menyakiti saya, tetapi saya tetap menyayangimu. ”

Pilihan ada pada diri kita sendiri, mau berbahagia ya berusahalah dan berjuanglah dalam membuat kebahagiaan itu di sanubari kita.

Sebab, kebahagiaan itu merupakan energi yang menular. Kita tidak bisa membuat orang di lingkungan kita berbahagia, tanpa diri kita sendiri bahagia.

Bagaimana kita mau membuat orang di sekitar tersenyum, jika kita sendiri tidak mampu tersenyum karena hati penuh energi busuk yang dihasilkan dari amarah, rasa benci, jengkel dan merasa dipermainkan, dan sebagainya?

Sumber: dari internet

Sabtu, 28 Maret 2009

50 Tahun Salah Paham

http://renungan-indah.blogspot.com

Dikisahkan, disebuah gedung pertemuan yang amat megah, seorang pejabat senior istana sedang menyelenggarakan pesta ulang tahun perkawinannya yang ke-50. Peringatan kawin emas itu ramai didatangi oleh tamu-tamu penting seperti para bangsawan, pejabat istana, pedagang besar serta seniman-seniman terpandang dari seluruh pelosok negeri. Bahkan kerabat serta kolega dari kerajaan-kerajaan tetangga juga hadir. Pesta ulang tahun perkawinan pun berlangsung dengan megah dan sangat meriah.

Setelah berbagai macam hiburan ditampilkan, sampailah pada puncak acara, yaitu jamuan makan malam yang sangat mewah. Sebelum menikmati kamuan tersebut, seluruh hadirin mengikuti prosesi penyerahan hidangan istimewa dari sang pejabat istana kepada istri tercinta. Hidangan itu tak lain adalah sepotong ikan emas yang diletakkan di sebuah piring besar yang mahal. Ikan emas itu dimasak langsung oleh koki kerajaan yang sangat terkenal.

“Hadirin sekalian, ikan emas ini bukanlah ikan yang mahal. Tetapi, inilah ikan kegemaran kami berdua, sejak kami menikah dan masih belum punya apa-apa, sampai kemudian di usia perkawinan kami yang ke-50 serta dengan segala keberhasilan ini. Ikan emas ini tetap menjadi simbol kedekatan, kemesraan, kehangatan, dan cinta kasih kami yang abadi,” kata sang pejabat senior dalam pidato singkatnya.

Lalu, tibalah detik-detik yang istimewa yang mana seluruh hadirin tampak khidmat menyimak prosesi tersebut. Pejabat senior istana mengambil piring, lalu memotong bagian kepala dan ekor ikan emas. Dengan senyum mesra dan penuh kelembutan, ia berikan piring berisikan potongan kepala dan ekor ikan emas tadi kepada isterinya. Ketika tangan sang isteri menerima piring itu, serentak hadirin bertepuk tangan dengan meriah sekali. Untuk beberapa saat, mereka tampak ikut terbawa oleh suasana romantis, penuh kebahagiaan, dan mengharukan tersebut.

Namun suasana tiba-tiba jadi hening dan senyap. Samar-samar terdengar isak tangis si isteri pejabat senior. Sesaat kemudian, isak tangis itu meledak dan memecah kesunyian gedung pesta. Para tamu yang ikut tertawa bahagia mendadak jadi diam menunggu apa gerangan yang bakal terjadi. Sang pejabat tampak kikuk dan kebingungan. Lalu ia mendekati isterinya dan bertanya, “Mengapa engkau menangis, isteriku?”

Setelah tangisan reda, sang isteri menjelaskan, “Suamiku…sudah 50 tahun usia pernikahan kita. Selama itu, aku telah dengan melayani dalam duka dan suka tanpa pernah mengeluh. Demi kasihku kepadamu, aku telah rela selalu makan kepala dan ekor ikan emas selama 50 tahun ini. Tapi sungguh tak kusangka, di hari istimewa ini engkau masih saja memberiku bagian yang sama. Ketahuilah suamiku, itulah bagian yang paling tidak aku sukai.” tutur sang isteri.

Pejabat senior terdiam dan terpana sesaat. Lalu dengan mata berkaca-kaca pula, ia berkata kepada isterinya, “Isteriku yang tercinta…50 tahun yang lalu saat aku masih miskin, kau bersedia menjadi isteriku. Aku sungguh-sungguh bahagia dan sangat mencintaimu. Sejak itu aku bersumpah pada diriku sendiri, bahwa seumur hidup aku akan bekerja keras, membahagiakanmu, membalas cinta kasih dan pengorbananmu.”

Sambil mengusap air matanya, pejabat senior itu melanjutkan, “Demi Tuhan, setiap makan ikan emas, bagian yang paling aku sukai adalah kepala dan ekornya. Tapi sejak kita menikah, aku rela menyantap bagian tubuh ikan emas itu. Semua kulakukan demi sumpahku untuk memberikan yang paling berharga buatmu.”

Sang pejabat terdiam sejenak, lalu ia melanjutkan lagi, “Walaupun telah hidup bersama selama 50 tahun dan selalu saling mencintai, ternyata kita tidak cukup saling memahami. Maafkan saya, hingga detik ini belum tahu bagaimana cara membuatmu bahagia.”

Akhirnya, sang pejabat memeluk isterinya dengan erat. Tamu-tamu terhormat pun tersentuh hatinya melihat keharuan tadi dan mereka kemudian bersulang untuk menghormati kedua pasangan tersebut.

---

Bisa saja, sepasang suami - istri saling mencintai dan hidup serumah selama bertahun-tahun lamanya. Tetapi jika di antaranya tidak ada saling keterbukaan dalam komunikasi, maka kemesraan mereka sesungguhnya rawan dengan konflik. Kebiasaan memendam masalah itu cukup riskan karena seperti menyimpan bom waktu dalam keluarga. Kalau perbedaan tetap disimpan sebagai ganjalan dihati, tidak pernah dibiacarakan secara tulus dan terbuka, dan ketidakpuasan terus bermunculan, maka konflik akan semakin tak tertahankan dan akhirnya bisa meledak. Jika keadaan sudah seperti ini, tentulah luka yang ditimbulkan akan semakin dalam dan terasa lebih menyakitkan.

Kita haruslah selalu membangun pola komunikasi yang terbuka dengan dilandasi kasih, kejujuran, kesetiaan, kepercayaan, pengertian dan kebiasaan berpikir positif.

Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu, gunakan saat tersebut untuk menjelaskannaya. Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan.

Selasa, 24 Maret 2009

Maafkan Aku Bila mengeluh!

http://renungan-indah.blogspot.com

Hari ini, di sebuah bus, aku melihat seorang gadis cantik dengan
rambut indah. Aku iri melihatnya. Dia tampak begitu ceria, dan
kuharap akupun sama. Tiba-tiba dia terhuyung-huyung berjalan. Dia
mempunyai satu kaki saja, dan memakai tongkat kayu. Namun ketika dia
lewat tersenyum. Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya
dua kaki. Dunia ini milikku!

Aku berhenti untuk membeli bunga lili. Anak laki-laki penjualnya
begitu mempesona. Aku berbicara padanya. Dia tampak begitu gembira.
Seandainya aku terlambat, tidaklah apa-apa. Ketika aku pergi, dia
berkata, "Terimakasih. Engkau sudah begitu baik. Menyenangkan
berbicara dengan orang sepertimu. Lihat saya buta." Oh Tuhan,
maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya dua mata. Dunia ini milikku.

Lalu, sementara berjalan, aku melihat seorang anak dengan bola mata
biru. Dia berdiri dan melihat teman-temannya bermain. Dia tidak tahu
apa yang bisa dilakukannya. Aku berhenti sejenak, lalu
berkata, "Mengapa engkau tidak bermain dengan yang lain, Nak?" Dia
memandang ke depan tanpa bersuara, lalu aku tahu dia tidak bisa
mendengar. Oh Tuhan, maafkan aku bila aku selalu mengeluh.
Aku punya dua telinga. Dunia ini milikku.
Dengan dua kaki untuk membawa aku ke mana aku mau.
Dengan dua mata untuk memandang matahari terbenam.
Dengan dua telinga untuk mendengar apa yang ingin kudengar.
Oh Tuhan, maafkan aku bila aku selalu mengeluh...

Senin, 23 Maret 2009

Belajar Menahan Ego

http://renungan-indah.blogspot.com
Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan mobil1.jpg, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja motor.jpgkarena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini !!!” …. Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah adam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘ Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan!” katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.

Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa… Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…”Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah” kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita sayang ayah..sayang ibu.”, katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

“Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?… Bagaimana Dita mau bermain nanti ?… Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, ” katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi…, Namun…., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..

Senin, 16 Maret 2009

Ikhlas di Bibir, Belumlah Ikhlas.

http://renungan-indah.blogspot.com
Kata ikhlas sangat sering kita dengar. Biasanya, kita mengucapkan kata ikhlas tatkala segala upaya yang telah kita lakukan namun hasilnya selalu nihil. Ikhlas baru terucap tatkala kita telah menghadapi kegagalan untuk meraih sesuatu. Ketika kita telah mengalami kegagalan dalam hidup ini, baik itu kebangrutan usaha, dililit utang besar atau berbagai jenis kegagalan lain, barulah kita mengatakan “yaaaaah ikhlaskan saja apa yang telah terjadi”. Begitu pula ketika salah seorang anggota keluarga yang kita amat cintai mengalami masa kritis (dalam keadaan koma) setelah tim medis mengaku pasrah, kita lalu bilang “ikhlaskan saja kalau memang ini jalannya harus pergi”. Dari contoh-contoh diatas jelas kita lihat bahwa, kata ikhlas terucap pada detik-detik terakhir dari sebuah peristiwa adalah musibah. Kalau demikian halnya, berarti kata ikhlas tiada lain ibarat kata-kata terakhir yang selalu terucap dari kita. Itu artinya, kita tidak merasa perlu mengucapkannya pada awal kegiatan, peristiwa atau apapun namanya. Lalu muncul pertanyaan besar, apa perlunya mengucapkan kata ikhlas di awal? Apakah ikhlas itu baru sebatas di bibir atau sudah keluar dari hati?

Pelopor Industri Kesadaran Indonesia, Erbe Sentanu dalam banyak kesempatan mengatakan, kebiasaan mengatakan, kebiasaan mengatakan dan merasa ikhlas setelah detik-detik terakhir adalah sebuah kebiasaan yang kurang tepat. Kata dia, kita mesti mulai membiasakan diri meng-ikhlas-kan apa yang akan kita lakukan, kerjakan, miliki, sejak awal. Ia lalu memberi contohtatkala kita mengepalkan tangan kita yang artinya ‘ini punyaku’, ‘ini hakku’, kita siap merebut, meraih apa yang kita inginkan. Kepalan tangan yang kuat itu menandakan kita akan berusaha mempertahankan apa yang telah kita raih dengan sekuat tenaga. Lalu, Erbe Sentanu coba mengajak kita membuaka tangan yang tadinya mengepal itu. Artinya, pada saat yang sama kita mesti siap ‘melepaskan’ apa saja yang telah kita raih dengan ikhlas. Contoh ilustrasi penerapan ikhlas dengan mengepalkan dan membuka telapak tangan itu sebuah contoh yang sangat sederhana. Namun sebagian besar dari kita belum menerapkannnya.

Yang lebih dalam, Erbe Sentanu atau yang akrab dipanggil Mas Nunu mengajak kita untuk belajar ikhlas dari hati. “Orang yang hanya berkata ikhlas, itu belumlah ikhlas” katanya. Pikiran dan bibir berucap tanpa keluar dari bahasa hati sama artinya belum ikhlas. Ikhlas itu baru disebut ikhlas apabila sudah keluar dari hati yang paling dalam. Ikhlas itu mesti keluar dari rasa (jantung hati) bukan dari pikiran yang terucap melalui bibir. Rasa ikhlas ini penting dirasakan setiap jika kita ingin menjadikan hidup ini lebih bahagia dalam arti sesungguhnya (bukan sekadar kebahagiaan duniawi). Ikhlas apalagi diimbangi rasa bersyukur akan membuat hidup kita lebih bermakna, bukan hanya bagi diri sendiri tapi juga bagi orang lain. Untuk membuat hidup lebih bermakna, maka sudah saatnya kita selalu ikhlas dan bersyukur termasuk dalam situasi yang sangat tidak menguntungkan sekali pun. Ini memang sulit. Tapi tatkala kita telah membiasakan hal itu, maka anda dan kita semua akan lebih memahami makna sesungguhnya dari hidup ini. Mari kita coba.

Sabtu, 14 Maret 2009

Untuk Buah Hati Tercinta - Sebuah Renungan

http://renungan-indah.blogspot.com
Buah hati kita,mereka begitu mendamba perhatian dan kehadiran kita. Namun
mereka tak pandai merangkai kata tuk mengungkap cinta. Mereka juga tidak
mengerti cara membisikkan rasa rindunya.

Kalau Anda seorang ayah pasti sering mendengar kalimat-kalimat berikut
ini: “Ayah, aku sudah mandi”. ”Aku sudah belajar lho, Pa,”. Apa aku
boleh ikut pergi?” Kalau bapak pulang, bawakan aku es krim ya?” Yang
menjadi pertanyaan adalah bagaimanakah respon kita saat itu? Apakah
tanggapan kita seindah binar mata mereka? Apakah sikap kita semanis
senyum mereka? Apakah jawaban kita sebesar harapan mereka?
Kalau kita seorang ayah, sungguh anak-anak kita itu memerlukan senyum

gagah kita. Mereka juga membutuhkan belaian sayang kita. Buah cinta kita
itu selalu merindu dekapan mesra kita. Yakinlah Anda bahwa tutur kata
manis kita amat berarti bagi hatinya. Oleh-oleh yang kita hadiahkan
begitu bermakna bagi jiwa mereka. Ketika kita mengajak mereka bepergian
rasa bangga memenuhi ruang-ruang kalbunya.

Bagi anak-anak, kita para ayah adalah pahlawan. Menurut mereka kita
adalah sosok gagah yang menentramkan hati mereka. Buah hati kita itu
amat bangga terhadap keperkasaan kita. Mereka begitu mendamba perhatian
dan kehadiran kita. Namun mereka tak pandai merangkai kata tuk
mengungkap cinta. Mereka juga tidak mengerti cara membisikkan rasa
rindunya. Mereka mencintai kita para ayah dengan bahasa yang sering tak
mampu kita mengerti. Mereka menyayangi kita dengan gaya yang sering tak
bisa kita pahami. Karena itu kita sering tak menyadari bahwa ada
makhluk-makhluk kecil yang begitu mencintai dan membutuhkan kita.

Apakah ini yang pernah dan masih kita lakukan :

1. Saat mereka mendekat, kita sering merasa terusik.

2. Ketika mereka mengajak bicara, kita sering merasa terganggu.

3. Waktu mereka bertanya, sering hati kita merasa tak nyaman.

4. Tangisan mereka seperti suara petir bagi telinga kita.

5. Teriakan mereka bagai badai yang menerjang jiwa kita.

Padahal seperti itulah cara anak-anak mencintai kita. Begitulah cara mereka
menyayangi kita. Dengan cara seperti itulah mereka ingin menyampaikan
bahwa mereka amat membutuhkan kita. Hanya cara seperti itulah yang
mereka mengerti untuk menyentuh cinta kita.
Boleh jadi kita belum mampu menjadi ayah yang indah untuk anak-anak
kita. Saat mereka menangis kita malah membentaknya. Ketika mereka
bertanya kita tidak menggubrisnya. Waktu mereka belajar, kita tidak ada
di sisi mereka. Mereka sakit tanpa ada kita di sisinya. Mereka sedih
tanpa ada yang menghiburnya. Mereka jarang kita belai. Mereka jarang
kita cium. Kadang pekerjaan kita membuat kita tak menyadari bahwa ada
yang menanti-nanti kedatangan kita hingga tertidur di depan pintu

Sudah tiba saatnya bagi kita para ayah untuk mengerti bahasa cinta
anak-anak kita. Kita harus memahami gaya mereka dalam mencintai kita.
Dengan demikian kita bisa menjadi seperti yang mereka pinta. Kita mesti
berupaya menjadi seperti yang mereka harapkan. Kita harus menjadi
pendengar yang menyenangkan saat mereka berbicara. Ketika mereka
mendekati kita sehasta, kita mendekati mereka sedepa. Sewaktu mereka
menangis, kita akan mendekapnya dengan penuh cinta. Kita juga tak akan
pernah lelah tuk berbisik mesra, ”Nak, ayah mencintaimu,”

Kamis, 12 Maret 2009

Harga Diri

http://renungan-indah.blogspot.com
Dalam hidup dan kehidupan kita sering dinasehati tentang kepemilikan harga diri. tiap manusia yang ada didunia ini pasti memiliki harga diri dan tentunya masing-masing orang selalu menginginkan harga diri yang tinggi.

Dalam proses pertumbuhan dan proses kehidupan kita, ternyata tidak mudah dalam membentuk sikap diri yang positif. Karena kita mungkin mempunyai pandangan yang tidak menyenangkan terhadap diri kita sendiri karena pengaruh komentar teman-teman, ortu, saudara atau orang lain. Bisa juga karena kita merasa gagal, tidak dapat berbuat apa-apa, merasa tidak dapat bertanggung jawab terhadap sesuatu yang ditugaskan, atau tidak bisa berkata jujur dan sebagainya.

Harga diri ini sebenarnya tidak hanya menjadi masalah kita, tapi hampir melanda semua orang di semua tingkatan umur. Harga diri pada tingkat apa pun merupakan pengalaman paling pribadi yang berada dalam inti kehidupan kita. Harga diri adalah apa yang kita pikirkan dan rasakan tentang diri kita sendiri, bukan apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain tentang siapa kita sebenarnya. Tak seorang pun yang dapat mengendalikan kita dan memercayai kepercayaan dan kecintaan kita terhadap diri sendiri.

Banyak orang yang beranggapan bahwa harga dirinya akan naik jika ia dapat mengekspresikan kemarahannya. Menurutnya, dengan berani marah kepada siapa saja maka orang-orang akan menilainya sebagai seseorang yang keras sehingga setiap orang akan takut dan takluk kepadanya.

Harga diri merupakan penilaian dan penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri. Penilaian orang lain dapat memengaruhi bagaimana seseorang bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Tapi yang terutama adalah penilaian terhadap diri sendiri.

Harga diri yang sesungguhnya adalah merupakan harga diri atas kemuliaan karakter dari kita sendiri kita, yang meliputi keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran, dan kelembutan. Kita dituntut untuk memiliki hal-hal tersebut agar bisa memiliki harga diri yang tinggi yang sesungguhnya. Semuanya itu dapat kita wujudkan melalui pembelajaran setiap hari. Hari-hari yang kita jalani, seharusnya dapat kita jadikan kesempatan untuk mengikis karakter buruk dalam diri kita dan mengembangkan kebiasaan yang baik untuk mewujudkan harga diri yang sesungguhnya. Dengan inilah kita bisa menjadi orang yang benar-benar berharga.

Seorang yang memiliki harga diri akan lebih bersemangat, lebih mandiri, lebih mampu dan berdaya, sanggup menerima tantangan, lebih percaya diri, tidak mudah menyerah dan putus asa, mudah memikul tanggung jawab, mampu menghadapi kehidupan dengan lebih baik, dan merasa sejajar dengan orang lain.

Harga diri tidak dibawa sejak lahir, tetapi memerlukan proses yang dibentuk sejak lahir karena itu dipengaruhi oleh banyak hal sepanjang hidup kita, misalnya, pengasuhan orangtua atau keluarga, pendidikan yang diterima (baik di sekolah ataupun di luar sekolah), pengalaman-pengalaman yang berarti, prestasi-prestasi yang diraih, orang-orang terdekat (baik saudara maupun orang lain), budaya, lingkungan sosial dan masyarakat.

Yang menyedihkan banyak orang mencari kepercayaan dan penghormatan diri ke segala penjuru dunia selain dirinya sendiri sehingga mereka gagal dalam pencarian ini. Kita akan melihat bahwa harga diri yang positif paling baik dipahami sebagai salah satu bentuk dari pencapaian spiritual atau memahami harga diri sebagai suatu kondisi kesadaran. Sehingga kita akan berhenti mengatakan, "Kalau aku memiliki teman yang lebih keren, kalau aku punya pacar lagi, kalau aku mendapatkan penghargaan lagi, kalau aku mendapatkan mobil yang bagus, maka aku akan sungguh-sungguh berbahagia dengan diriku sendiri". Kita akan menyadari bahwa pernyataan itu sangat tidak rasional, maka "semakin banyak" keinginan yang akan mengusik hati kita.

Jika kita mendalami benar hakikat sejati harga diri, maka kita akan tahu bahwa harga diri tidak bersifat kompetitif (persaingan) dan komparatif (perbandingan). Harga diri yang sejati tidak diungkapkan melalui pemujaan diri dengan mengorbankan orang lain atau dengan mengagungkan seseorang jauh lebih unggul dari orang lain atau menyengsarakan orang lain untuk membahagiakan seseorang. Arogansi (kesombongan) dan terlalu mengagungkan kemampuan hanyalah menggambarkan betapa rapuhnya harga diri kita dan bukannya mencerminkan kokohnya harga diri kita.

Sebuah harga diri yang tepat dapat menjadi semacam magnit yang menyedot semua elemen kesuksesan. Harga diri itu semacam magma yang membangkitkan kembali kekuatan dahsyat dalam diri kita. Hanya dengan harga diri yang tepat kita bisa menatap masa depan dengan penuh kebanggaan. kita layak memperoleh kesuksesan.. mari tempatkan harga diri dalam konteks yang tepat...

Sumber: dari internet

Rabu, 11 Maret 2009

Godaan di Atas Segala Godaan

http://renungan-indah.blogspot.com
Seorang penyelundup yang sedang buron pergi menemui seorang bijak dan memintanya menyembunyikan barang-barang terlarang dalam rumahnya. Ia yakin berkat kesalehan orang bijak itu, tak seorangpun akan mencurigainya. Orang bijak itu menolak dan meminta penyelundup itu segera keluar dari rumahnya. ”Saya akan memberikan 100 ribu dolar untuk kebaikan Anda, ” kata si penyelundup. Orang bijak itu agak ragu-ragu sebelum mengatakan ”Tidak.” ”200 ribu,” orang bijak itu tetap menolak. ”500 ribu,” orang bijak itu mengambil tongkat dan berteriak, ”Keluar sekarang juga! Kamu sudah sangat dekat dengan harga saya.”

Sebuah kesadaran yang tepat waktu! Orang bijak itu sadar begitu dirinya tergoda. Kesadaran ini sangat penting. Banyak orang yang tak sadar bahwa dirinya tergoda. Mereka baru sadar setelah segalanya terjadi. Kurangnya latihan seringkali menyebabkan kesadaran datang terlambat. Namun, ada lagi jenis kesadaran yang lebih tinggi tingkatnya daripada ini. Inilah kesadaran sebelum peristiwa apapun terjadi. Anda sadar sepenuhnya akan keberadaan Anda, akan posisi dan kekuasaan yang Anda miliki. Anda sadar sepenuhnya bahwa kedudukan Anda sangat rawan terhadap godaan. Semua jabatan memang rawan godaan. Karena itu Anda harus waspada dan sadar sepenuhnya terhadap segala bentuk godaan ini.

Seorang pejabat pemerintah akan selalu digoda oleh para pengusaha yang ingin berbisnis. Para penegak hukum akan selalu digoda oleh para pelanggar hukum. Begitu juga dengan anggota legislatif, anggota KPU, anggota Komisi Pemberantasan Korupsi, dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Mereka harus sadar terhadap politik uang yang selalu mengintai setiap saat. Tak memiliki kedudukan formal pun bukan berarti bebas dari incaran politik uang. Para ilmuwan, cendekiawan, dan pengamat termasuk dalam kategori ini. Banyak pengamat yang dapat dibeli untuk kepentingan orang-orang tertentu. Mereka mau mempertaruhkan kecendekiawanannya untuk membuat polling maupun prediksi-prediksi yang tendensius untuk mempengaruhi opini publik. Jadi, rakyat biasapun tak terkecuali, lebih-lebih menjelang pemilu tahun depan. Semuanya bermuara pada satu kata kunci: uang.

Seorang bijak, Sophocles, pernah mengingatkan kita, ”Tak ada satu halpun di dunia ini yang paling meruntuhkan moral selain uang.” Memang benar, uang adalah alat penggoda terbesar di dunia. Bahkan berbeda dengan jenis penggoda lainnya seperti wanita dan tahta, tidak ada satupun orang di dunia yang tidak membutuhkan uang. Kita semua sibuk mencari uang agar dapat hidup dengan layak. Nah, karena kita memang mencarinya, sangat wajar kalau kita tergoda ketika ada orang yang menawarkan benda tersebut kepada kita.

Godaan terbesar uang adalah merubah pandangan hidup kita dari ”memiliki” menjadi ”dimiliki.’ ‘ Kita memang perlu memiliki uang untuk menjalani hidup, tapi uang hanya berfungsi sebagai alat. Kitalah yang menjadi tuannya. Celakanya, posisi ini sering kali bertukar karena godaan yang ditawarkan uang sangat kuat. Akhirnya kitalah yang ”dimiliki” oleh uang. Tanda-tanda penyakit ini adalah kalau Anda mulai merasa takut kehilangan kedudukan Anda. Ini berarti Anda telah ”dimiliki” oleh uang. Ini akan menghilangkan kebebasan Anda dalam mengungkapkan kebenaran.

Pandangan kita terhadap uangpun perlu kita telaah lebih jauh. Kita seringkali berpikir secara terbalik yaitu: have -> do -> be. Kita berusaha memiliki lebih banyak uang (have) agar kita dapat melakukan apa yang ingin kita lakukan (do), dan mengira kalau itu tercapai akan membuat kita lebih bahagia (be). Padahal, yang perlu kita lakukan adalah sebaliknya yaitu be -> do -> have.

Yang pertama dan utama adalah menjadi diri sendiri (be), kemudian melakukan apa yang harus dilakukan (do) agar dengan begitu kita memiliki apa yang kita inginkan (have). Masalahnya, kita seringkali menyamakan uang dengan kebahagiaan. Padahal, uang adalah apa yang kita dapatkan (have), sementara kebahagiaan adalah sesuatu yang sudah ada di dalam diri kita sendiri (be). Dengan menggunakan urutan be -> do -> have, maka kebahagiaan itulah yang harus ada lebih dulu. Kebahagiaan adalah sesuatu yang bersifat bebas dan tidak tergantung pada apapun yang kita miliki. Banyak orang yang kaya tetapi tak bahagia dan selalu merasa kekurangan.

Salah satunya, kawan saya yang kaya mendadak dengan cara memperjual belikan kekuasaannya. Namun alih-alih merasa cukup, istrinya selalu mengeluhkan harga-harga dan biaya hidup yang mahal. Semakin banyak harta yang ia miliki semakin ia merasa kekurangan.
Kawan saya ini juga sangat rentan terhadap stres. Hidupnya penuh dengan ketakutan terhadap perubahan apapun yang mungkin terjadi. Hidup seperti ini memang jauh dari keberkahan. Uang memang bukanlah segalanya.

Orang-orang bijak bahkan selalu mengingatkan kita bahwa yang penting dalam hidup adalah segala sesuatu yang tak dapat dibeli dengan uang: kebahagiaan, cinta, kesehatan, rasa damai dalam hati, rasa percaya dengan orang lain, dan kesadaran yang sempurna.

Selasa, 10 Maret 2009

8 Kado Terindah

http://renungan-indah.blogspot.com

Aneka kado ini tidak dijual di toko. Anda bisa menghadiahkannya setiap saat, dan tak perlu membeli!

Meski begitu, delapan macam kado ini adalah hadiah terindah dan tak ternilai bagi orang-orang yang Anda sayangi.

1. Kehadiran

Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang tak ternilai harganya. Memang kita bisa juga hadir di hadapannya lewat surat , telepon, foto, faks, e-mail atau chatting. Namun dengan berada di sampingnya. Anda dan ia dapat berbagi perasaan, perhatian, dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif. Dengan demikian, kualitas kehadiran juga penting. Jadikan kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagiaan.

2. Mendengarkan

Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini, sebab kebanyakan orang lebih suka didengarkan, daripada mendengarkan. Sudah lama diketahui bahwa keharmonisan hubungan antar-manusia amat ditentukan oleh kesediaan saling mendengarkan.

3. Diam

Seperti kata-kata, di dalam diam juga ada kekuatan.
Diam bisa dipakai untuk menghukum, mengusir, atau membingungkan orang. Tapi lebih dari segalanya, diam juga bisa menunjukkan kecintaan kita pada
seseorang karena memberinya “ruang.”

4. Kebebasan

Mencintai seseorang bukan berarti memberi kita hak penuh untuk memiliki atau mengatur kehidupan orang bersangkutan.

Bisakah kita mengaku mencintai seseorang jika kita selalu mengekangnya?
Memberi kebebasan adalah salah satu perwujudan cinta.
Makna kebebasan bukanlah “Kau bebas berbuat semaumu.” Lebih dalam dari itu, memberi kebebasan adalah memberinya kepercayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala hal yang ia putuskan atau lakukan.

5. Keindahan

Siapa yang tak bahagia jika orang yang disayangi tiba-tiba tampil lebih
ganteng atau cantik? Tampil indah dan rupawan juga merupakan kado. Bahkan tak salah jika Anda mengkadokannya tiap hari!

6. Tanggapan Positif

Tanpa sadar, sering kali kita memberikan penilaian negatif terhadap pikiran, sikap atau tindakan orang yang kita sayangi.

Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya dan kebenaran mutlak hanya
pada kita. Kali ini, coba hadiahkan tanggapan positif. Nyatakan dengan jelas
dan tulus.

7. Kesediaan Mengalah

Tidak semua masalah layak menjadi bahan pertengkaran. Apalagi sampai menjadi cekcok yang hebat. Kesediaan untuk mengalah juga dapat melunturkan sakit hati dan mengajak kita menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini

8. Senyuman

Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa.
Senyuman, terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair
hubungan yang beku, pemberi semangat dalam keputusasaan, pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa yang resah.
Senyuman juga merupakan isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliling kita. Kapan terakhir kali Anda menghadiahkan senyuman manis pada orang yang Anda kasihi?

Sabtu, 07 Maret 2009

Remaslah Tanganku dan Akan Kukatakan Aku Sayang Kamu

http://renungan-indah.blogspot.com

Ingatkah ketika masih kecil kamu jatuh dan terluka?
Ingatkah apa yang dilakukan ibumu untuk meringankan rasa sakit?

Ibuku, Grace Rose, selalu menggendongku, membawaku ke tempat tidurnya, mendudukkan diriku, lalu mencium “aduh”-ku. Lalu ia duduk di tempat tidur di sampingku, meraih tanganku dan berkata, “Kalau sakit, remas saja tangan Ibu. Nanti akan kukatakan Aku sayang kamu.

Sering aku meremas tangannya, dan setiap kali, tak pernah luput, aku mendengar kata-kata, “Mary, Ibu sayang kamu.”

Kadang-kadang aku pura-pura sakit hanya supaya aku memperoleh ritual itu darinya. Waktu aku lebih besar, ritual itu berubah, tapi ia selalu menemukan cara untuk meringankan rasa sakit dan meningkatkan rasa senang yang kurasakan dalam berbagai bagian hidupku.

Pada hari-hari sulit di SMU, ia akan menawarkan sebatang cokelat almond Hershey kesukaannya saat aku pulang. Semasa usiaku 20-an, Ibu sering menelepon untuk menawarkan piknik makan siang spontan di Taman Eastbrook untuk sekadar merayakan hari cerah dan hangat di Wisconsin.

Kartu ucapan terima kasih yang ditulisnya sendiri tiba di kotak pos setiap kali ia dan ayahku berkunjung ke rumahku, mengingatkanku betapa istimewanya aku baginya.

Tapi ritual yang paling berkesan adalah genggamannya pada tanganku saat aku masih kecil dan berkata, “Kalau sakit, remaslah tangan Ibu dan akan kukatakan aku sayang kamu.”

Suatu pagi, saat aku berusia akhir 30-an, setelah orangtuaku berkunjung pada malam sebelumnya, ayahku meneleponku di kantor. Ia selalu berwibawa dan jernih saat memberi nasehat, tapi aku mendengar rasa bingung dan panik dalam suaranya.

“Mary, ibumu sakit dan aku tak tahu harus berbuat apa. Cepatlah datang kemari.”

Perjalanan mobil 10 menit ke rumah orangtuaku diiringi oleh rasa takut, bertanya-tanya apa yang terjadi pada ibuku. Saat aku tiba, Ayah sedang mondar-mandir di dapur sementara Ibu berbaring di tempat tidur. Matanya terpejam dan tangannya berada di atas perut. Aku memanggilnya, mencoba menjaga agar suaraku setenang mungkin.

“Bu, aku sudah datang.”
“Mary?”
“Iya, Bu.”
“Mary, kaukah itu?”
“Iya, Bu, ini aku.”

Aku tak siap untuk pertanyaan berikutnya, dan saat aku mendengarnya, aku membeku, tak tahu harus berkata apa.

“Mary, apakah Ibu akan mati?”

Air mata menggenang dalam diriku saat aku memandang ibuku tercinta terbaring di situ tak berdaya. Pikiranku melayang, sampai pertanyaan itu terlintas dalam benakku: ‘Jika keadaannya terbalik, apa yang akan dikatakan Ibu padaku?’

Aku berdiam sejenak yang terasa seperti jutaan tahun, menunggu kata-kata itu tiba di bibirku.

“Bu, aku tak tahu apakah Ibu akan mati, tapi kalau memang perlu, tak apa-apa. Aku menyayangimu.”

Ia berseru, “Mary, rasanya sakit sekali.”

Lagi-lagi, aku bingung hendak berkata apa. Aku duduk di sampingnya di tempat tidur, meraih tangannya dan mendengar diriku berkata, “Bu, kalau Ibu sakit,remaslah tanganku, nanti akan kukatakan, aku sayang padamu.”

Ia meremas tanganku.

“Bu, aku sayang padamu.”

Banyak remasan tangan dan kata “aku sayang padamu” yang terlontar antara aku dan ibuku selama dua tahun berikutnya, sampai ia meninggal akibat kanker indung telur.

Kita tak pernah tahu kapan ajal kita tiba, tapi aku tahu bahwa pada saat itu, bersama siapa pun, aku akan menawarkan ritual kasih ibuku yang manis setiap kali, “Kalau sakit, remaslah tanganku, dan akan kukatakan, aku sayang padamu.”

Salah satu cara untuk mengungkapkan rasa kasih sayang pada orang yang anda cintai adalah dengan memegang dan meremas tangannya dengan lembut. Tindakan itu kadangkala mengandung makna dan arti yang teramat dalam yang hanya dapat dipahami antara anda dan orang yang anda cintai………….

Jumat, 06 Maret 2009

Kisah Anne, Hidup yang berarti

http://renungan-indah.blogspot.com
Kisah berikut ini dikutip dari buku "Gifts From The Heart for Women"
karangan Karen Kingsbury.

Inti ceritanya kira-kira sbb :

Ada pasangan suami isteri yang sudah hidup beberapa lama tetapi belum mepunyai keturunan. Sejak 10 tahun yang lalu, sang istri terlibat aktif dalam kegiatan untuk menentang ABORSI,karena menurut pandangannya, aborsi berarti membunuh seorang bayi.

Setelah bertahun-tahun berumah-tangga, akhirnya sang istri hamil, sehingga pasangan tersebut sangat bahagia. Mereka menyebarkan kabar baik ini kepada famili, teman2 dan sahabat2, dan lingkungan sekitarnya. Semua orang ikut bersukacita dengan mereka. Dokter menemukan bayi kembar dalam perutnya, seorang bayi laki2 dan perempuan.

Tetapi setelah beberapa bulan, sesuatu yang buruk terjadi. Tetapi bayi perempuan mengalami kelainan, dan ia mungkin tidak bisa hidup sampai masa kelahiran tiba. Dan kondisinya juga dapat mempengaruhi kondisi bayi laki2. Jadi dokter menyarankan untuk dilakukan aborsi, demi untuk sang ibu dan bayi laki2 nya.

Fakta ini membuat keadaan menjadi terbalik. Baik sang suami maupun sang istri mengalami depressi. Pasangan ini bersikeras untuk tidak menggugurkan bayi perempuannya (membunuh bayi tsb), tetapi juga kuatir terhadap kesehatan bayi laki2nya. "Saya bisa merasakan keberadaannya, dia sedang tidur nyenyak", kata sang ibu di sela tangisannya. Lingkungan sekitarnya memberikan dukungan moral kepada pasangan tersebut,dengan mengatakan bahwa ini adalah kehendak Tuhan.

Ketika sang istri semakin mendekatkan diri dengan Tuhan, tiba-tiba dia tersadar bahwa Tuhan pasti memiliki rencanaNya dibalik semua ini. Hal ini membuatnya lebih tabah.Pasangan ini berusaha keras untuk menerima fakta ini. Mereka mencari informasi di internet, pergi ke perpustakaan, bertemu dengan banyak dokter, untuk mempelajari lebih banyak tentang masalah bayi mereka. Satu hal yang mereka temukan adalah bahwa mereka tidak sendirian.

Banyak pasangan lainnya yang juga mengalami situasi yang sama, dimana bayi mereka tidak dapat hidup lama. Mereka juga menemukan bahwa beberapa bayi
akan mampu bertahan hidup, bila mereka mampu memperoleh donor organ dari bayi lainnya. Sebuah peluang yang sangat langka. Siapa yang mau
mendonorkan organ bayinya ke orang lain ? Jauh sebelum bayi mereka lahir, pasangan ini menamakan bayinya, Jeffrey dan Anne. Mereka terus bersujud kepada Tuhan.
Pada mulanya,mereka memohon keajaiban supaya bayinya sembuh. Kemudian mereka tahu, bahwa mereka seharusnya memohon agar diberikan kekuatan untuk
menghadapi apapun yang terjadi, karena mereka yakin Tuhan punya rencanaNya sendiri.

Keajaiban terjadi, dokter mengatakan bahwa Anne cukup sehat untuk dilahirkan, tetapi ia tidak akan bertahan hidup lebih dari 2 jam. Sang istri kemudian berdiskusi dengan suaminya, bahwa jika sesuatu yang buruk terjadi pada Anne, mereka akan mendonorkan organnya. Ada dua bayi yang sedang berjuang hidup dan sekarat, yang sedang menunggu donor organ bayi. Sekali lagi, pasangan ini berlinangan air mata. Mereka menangis dalam posisi sebagai orang tua, dimana mereka bahkan tidak mampu menyelamatkan Anne. Pasangan ini bertekad untuk tabah menghadapi kenyataan yg akan terjadi.

Hari kelahiran tiba. Sang istri berhasil melahirkan kedua bayinya dengan selamat. Pada momen yang sangat berharga tersebut, sang suami menggendong Anne dengan sangat hati-hati, Anne menatap ayahnya, dan tersenyum dengan manis. Senyuman Anne yang imut tak akan pernah terlupakan dalam hidupnya. Tidak ada kata2 di dunia ini yang mampu menggambarkan perasaan pasangan tersebut pada saat itu. Mereka sangat bangga bahwa mereka sudah melakukan pilihan yang tepat (dengan tidak mengaborsi Anne),mereka sangat bahagia melihat Anne yang begitu mungil tersenyum pada mereka, mereka sangat sedih karena kebahagiaan ini akan berakhir dalam beberapa jam saja.

Sungguh tidak ada kata2 yang dapat mewakili perasaan pasangan tersebut. Mungkin hanya dengan air mata yang terus jatuh mengalir, air mata yang berasal dari jiwa mereka yang terluka..

Baik sang kakek, nenek, maupun kerabat famili memiliki kesempatan untuk melihat Anne. Keajaiban terjadi lagi, Anne tetap bertahan hidup setelah lewat 2 jam. Memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi keluarga tersebut untuk saling berbagi kebahagiaan. Tetapi Anne tidak mampu bertahan setelah enam jam.....

Para dokter bekerja cepat untuk melakukan prosedur pendonoran organ. Setelah beberapa minggu, dokter menghubungi pasangan tsb bahwa donor tsb
berhasil. Dua bayi berhasil diselamatkan dari kematian. Pasangan tersebut sekarang sadar akan kehendak Tuhan. Walaupun Anne hanya hidup selama 6 jam,
tetapi dia berhasil menyelamatkan dua nyawa. Bagi pasangan tersebut, Anne adalah pahlawan mereka, dan sang Anne yang mungil akan hidup dalam hati
mereka selamanya...

=============
Ada 3 point penting yang dapat kita renungkan dari kisah ini :

1. SESUNGGUHYA, tidaklah penting berapa lama kita hidup, satu hari ataupun
bahkan seratus tahun. Hal yang benar2 penting adalah apa yang kita telah
kita lakukan selama hidup kita, yang bermanfaat bagi orang lain.

2. SESUNGGUHNYA, tidaklah penting berapa lama perusahaan kita telah
berdiri, satu tahun ataupun bahkan dua ratus tahun. Hal yang benar2 penting
adalah apa yang dilakukan perusahaan kita selama ini, yang bermanfaat bagi
orang lain.

3. Ibu Anne mengatakan "Hal terpenting bagi orang tua bukanlah mengenai
bagaimana karier anaknya di masa mendatang, dimana mereka tinggal, maupun
berapa banyak uang yang mampu mereka hasilkan. Tetapi hal terpenting bagi
kita sebagai orang tua adalah untuk memastikan bahwa anak2 kita melakukan
hal2 terpuji selama hidupnya, sehingga ketika kematian menjemput mereka,
mereka akan menuju surga".

Mohon KEMURAHAN HATI Anda untuk menyebarkan kisah ini kepada sanak keluarga
Anda, famili, teman2, rekan2 kerja, rekan2 bisnis, atasan, bawahan, sebuah
kelompok organisasi ataupun perusahaan,PELANGGAN,serta siapa saja yang Anda temui.

Ada 4 kemungkinan respon dari pihak2 yang telah membaca kisah ini.

PERTAMA, cuek / tidak peduli / tidak mengerti kisah ini.
KEDUA, tersentuh dengan kisah ini, tetapi tidak melakukan apapun.
KETIGA,tersentuh dengan kisah ini, intropeksi diri, lalu mengubah cara pandang tentang hidupnya.
KEEMPAT, tersentuh, intropeksi diri, mengubah cara pandang tentang
hidupnya, lalu bergerak aktif untuk memaknai hidupnya sendiri dengan cara
memberikan makna bagi kehidupan orang lain.

Bila di antara sekian banyak orang yang memperoleh kisah ini dari Anda, ada
satu saja yang termasuk kategori nomor EMPAT, ini berarti Anda telah
berhasil mengubah hidup seseorang, dari sekedar "Hidup" menjadi "Hidup Yang
Lebih Bermakna". Mereka sungguh beruntung dengan kehadiran Anda di dunia ini.

Berhentilah Untuk Selalu Memikirkan Kepentingan Diri Sendiri, Jadikanlah
Kehadiran Anda Di Dunia Ini Sebagai RAHMAT Bagi Orang Banyak dan Bagi
Orang2 Yang Anda Cintai (Ayah, Ibu, Saudara/i,Suami/Istri, Anak2 Anda, Teman & Orang2 di dekat anda)

Kamis, 05 Maret 2009

Abaikan saja..

http://renungan-indah.blogspot.com
Tahu kebiasaan buruk yang paling sering dilakukan oleh manusia? Membesar-besarkan masalah kecil bahkan mendramatisirnya begitu rupa! Masalah sepele yang seharusnya diabaikan justru kita ributkan sampai-sampai energi, emosi dan waktu kita terkuras habis. Bahkan persoalan yang tak berarti kita anggap seolah-olah itu mati hidupnya kita.

Jika Anda punya kebiasaan ini, Anda tidak sendiri. Sejujurnya, saya juga mengalaminya. Saya terlalu merisaukan dan meributkan hal-hal kecil. Tak hanya itu, saya juga meniupnya keras-keras sampai masalah kecil itu menggelembung dan terlihat menjadi begitu besar. Saya bertindak sebagai aktor yang hebat untuk mendramatisir perkara-perkara sepele. Saya marah besar kalau ada sopir yang tiba-tiba memotong jalan. Saya sebal dengan mereka yang menyerobot antrian panjang dan sekarang berdiri persis di depan saya. Saya jengkel ketika seseorang mulai menggosipkan saya. Saya sering emosi kalau komputer saya sedang rewel dan seolah-olah sedang “mempermainkan” saya. Kegembiraan saya raib seketika dan ini waktunya untuk meledak dalam kemarahan besar!

Banyak hal-hal kecil serupa yang akan mewarnai kehidupan kita setiap hari. Jika kita terus meributkan masalah-masalah kecil ini, tentu hidup kita tak pernah bahagia. Daripada membuat masalah kecil menjadi masalah besar, seharusnya kita memilih untuk mengabaikannya. Daripada mendramatisir masalah sampai hal itu membebani hidup kita, bukankah lebih baik jika kita tidak memusingkan semua hal-hal kecil itu?

Jangan sampai hal-hal kecil merebut perhatian kita sehingga hal-hal besar menjadi terlupakan. Jangan sampai hal-hal sepele menguras energi kita, sampai-sampai kita tidak punya daya untuk menghadapi masalah yang lebih serius. Jangan salah paham. Saya tidak menyarankan Anda untuk menyepelekan hal-hal kecil dalam hidup Anda. Saya hanya menjaga agar Anda tetap cool walau sedang bete, mengutip istilah anak muda jaman sekarang. Hari ini mungkin kita akan diperhadapkan dengan orang-orang yang sulit dan menjengkelkan. Cuaca mungkin kurang bersahabat. Mobil kesayangan tiba-tiba mogok. Jalanan yang biasanya lancar jadi macet. Jangan ributkan hal-hal kecil itu dan menyulapnya menjadi masalah besar.

Tetaplah tersenyum ketika harus berhadapan dengan orang yang sangat menjengkelkan Anda pada hari ini.

Selasa, 03 Maret 2009

Mengalahkan Rasa Takut

http://renungan-indah.blogspot.com
Seorang pemuda mendatangi seorang yang bijak untuk meminta nasehat atas permasalahan yang sedang dihadapinya. Pemuda ini adalah seorang yang bekerja sebagai salesman yang menawarkan produk kepada calon konsumen.

Setelah mereka bertatap muka, orang bijak ini menanyakan, "Pemuda, bisakah Anda memberitahu saya maksud kedatangan Anda di sini?" Pemuda itu diam sebentar, lalu berkata, "Begini, saya ada sedikit masalah, dan berharap Bapak bisa membantu saya. Saya adalah seorang salesman yang mana penghasilan saya sangat bergantung pada penjualan. Jika pada hari tersebut saya tidak berhasil menutup penjualan apa pun, maka saya tidak akan punya uang sama sekali. Masalahnya saya memiliki rasa takut yang besar, takut untuk menawarkan barang dagangan saya. Hal inilah yang sangat mengganggu saya akhir-akhir ini. Ini membuat saya tidak begitu maksimal dalam pekerjaan saya. Apakah Bapak bisa memberi sedikit saran untuk saya?"

Mendengar keluhan salesman tersebut, orang bijak tadi merenung dan memikirkan sesuatu. Tak lama kemudian ia berkata, "Hai, pemuda! Sebenarnya masalahmu bukan masalah yang besar, semua orang juga punya masalah seperti ini. Hanya saja masalahmu sudah mempengaruhi kinerjamu, hingga kamu tidak bisa bekerja secara maksimal. Begini saja, saya akan membawamu ke beberapa tempat dan akan saya tunjukkan bahwa masalahmu tidaklah berarti apa-apa."

Ia pergi bersama dengan salesman tersebut ke sebuah café yang menjual segala macam mie. Ia menyuruh pemuda tersebut memesan makanan yang tidak ada, yaitu pizza, empek-empek, gulai kepala ikan dan jus durian. Pemuda tersebut melawan karena pasti akan ditertawakan. Orang bijak berujar, "Lakukan saja apa yang saya suruh. Nanti kamu akan tahu sendiri." Pelayan datang dan bertanya, "Mau pesan apa?" Keringatnya mulai mengalir karena takut. Kemudian dengan terbata-bata ia berkata, "Ma...mau pe...pesan pizza". "Oh, itu kita tak ada, yang lain?" Ia melanjutkan, "Kalau be...begitu pesan empek-empek." Pelayan mulai tersenyum, "Wah, kalau itu juga tak ada". Ia semakin takut, dan mukanya merah padam, "Saya pesan gulai ke...kepala ikan dan jus...jus durian." Pelayan tersebut mulai tersenyum kecil dan berkata, "Mas, kami hanya ada jual mie, yang lain tidak ada, apa mas tidak lihat di depan tadi?" Orang bijak memotong pembicaraan, "Oh. Kita salah, kalau begitu kami tidak jadi pesan, maafkan kami." "Tidak apa-apa. Terima kasih" ujar pelayan.

Kemudian mereka keluar dan menuju tempat lain, yaitu apotik. Orang bijak itu berkata, "Sekarang kamu pergi ke apotik itu dan beli mie instan. "Apaaaa!" kata pemuda itu. Orang bijak tersebut memaksanya pergi. Maka, ia pun pergi meskipun terpaksa. Setiap langkah membuat jantungnya seakan mau lepas saking takutnya. Sesampainya di apotik dan ditanya oleh pegawainya, "Mau beli apa?" Ia bengong dan diam. "Ada yang bisa dibantu?" Ia kaget dan sadar. Ia takut, tapi memberanikan diri bertanya, "Sa...sa...saya mau beli mie instan 1 kotak." "Ha..ha..ha. Aduh, jangan bercanda dong, ini kan apotik" ujar pelayan itu dengan senyum sambil menggaruk kepala. Ia membalas, "Oh. Saya salah tempat. Terima kasih." Ia pun pergi.

Orang bijak membawanya ke tempat terakhir dan berkata, "Ini yang terakhir." Ia membawa pemuda itu ke toko bahan bangunan dan memberi perintah, "Sekarang beli bubuk kopi 1 kilo!" Pemuda itu lemas, berkata, "Pak, tolong dong. Ini maksudnya apa sih?" "Lakukan dan nanti akan kujelaskan." Kata orang bijak itu. Pemuda itu menuju ke toko dan bertanya, "Pak, tolong bubuk kopi 1 kilo." Pegawai toko terdiam sebentar, memandangnya dengan tatapan aneh dan berkata, "Anda tidak salah nih, ini kan toko besi, kalau bubuk semen ada. Anda salah masuk." "Oh, iya ya. Maaf." Kata pemuda itu dan buru-buru pergi.

Mereka pun pergi dari toko dan orang bijak itu membawanya ke taman dan duduk. Ia bertanya, "Apakah Anda tahu maksud dari ini semua? Apakah Anda tahu mengapa saya menyuruh Anda melakukan hal-hal yang tak masuk akal?" Pemuda itu menggelengkan kepala. Ia menjawab, "Nak. Kamu lihat tadi. Walaupun kamu memesan yang aneh-aneh, mereka tetap tidak marah, kan? Mereka berpikir kamu hanya bercanda. Itulah yang terjadi padamu. Rasa takutmu terlalu berlebihan. Sebenarnya apa yang kamu takutkan itu jarang terjadi. Kamu memikirkan banyak hal yang kamu takutkan akan terjadi, tetapi kenyataannya itu tidak pernah terjadi. Masalahmu hanya terletak pada dirimu sendiri. Pikiranmu sendiri yang membuat dirimu menjadi takut, padahal belum tentu seperti itu kenyatannya. Semoga pengalamanmu tadi berguna untukmu."

Pemuda itu tersadar dan senyum menghiasi wajahnya. Ia berkata, "Terima kasih banyak, pak! Sekarang saya tahu, meskipun saya tadi meminta hal-hal yang aneh, mereka tidak marah. Seharusnya saya tidak boleh takut lagi, karena apa yang saya tawarkan itu masuk akal, bukan menawarkan barang yang aneh-aneh. Terima kasih, pak, hal ini membuat saya sadar."

---

Setiap orang pasti memiliki yang namanya ketakutan. Ketakutanlah yang menjadi musuh setiap orang dalam usahanya meraih sukses. Untuk meraih sukses, pasti dibutuhkan action atau tindakan nyata untuk mewujudkannya. Sayangnya, rasa takut membuat sebagian orang berhenti. Kadang-kadang, rasa takut tersebut terlalu besarnya, sehingga mempengaruhi kinerja dan performa seseorang.

Perlu Anda ketahui bahwa orang yang sukses bukanlah orang yang tidak mempunyai rasa takut. Mereka juga memilikinya sama seperti Anda. Yang membedakan adalah, mereka tetap bertindak meskipun ketakutan muncul. Sedangkan orang-orang yang gagal membiarkan rasa takut menghentikan mereka. Mereka terlalu memikirkan akibat-akibat yang tak menyenangkan seperti takut ditolak, ditertawakan, diejek, atau dihina. Mereka memikirkan 1001 akibat negatifnya padahal apa yang mereka takutkan sering kali tidak pernah terjadi.

Rasa takut muncul dari pikiran Anda sendiri, Andalah yang membuat diri sendiri menjadi takut. Jangan biarkan rasa takut mempengaruhi Anda, tetapi taklukkan rasa takut Anda melalui tindakan, sehingga mental Anda akan menjadi semakin baik.

Senin, 02 Maret 2009

Penyakit Menunda

http://renungan-indah.blogspot.com
Kerjakanlah apa yang bisa Anda kerjakan hari ini! Jika tidak, Anda akan membayar mahal di kemudian hari. Terlalu berlebihankah? Saya rasa tidak, sebab seringkali saya harus membayar dengan mahal akibat dari penundaan yang pernah saya lakukan. Saya lebih mudah jadi stress ketika melihat setumpuk pekerjaan yang tidak ada hentinya. Saya makin frustasi ketika waktu terus bergulir mendekati dead-line yang sudah ditentukan. Waktu-waktu itulah saya berubah jadi mahkluk yang sangat sensitif. Jangan coba macam-macam dengan saya. Sedikit kata gurauan bisa berarti ucapan serius di telinga saya.

Pekerjaan yang saya lakukan pun tak ubahnya dengan kegiatan rodi yang sangat menyiksa. Saya kehilangan taste dari setiap pekerjaan yang saya lakukan. Saya sama sekali tidak bisa menikmati pekerjaan di saat terburu-buru seperti itu. Itu semua bermula dari sebuah penundaan yang saya lakukan.

Kadangkala kita juga melakukan hal yang sama, melakukan penundaan demi penundaan dengan sebuah pemikiran, “ Aku toh bisa mengerjakan keesokan harinya.” Tanpa kita tahu bahwa hari esok sudah memiliki kesibukannya sendiri. Bagi banyak orang hal ini mungkin dianggap sangat sepele, tapi bukankah kadangkala kita kehilangan kesempatan-kesempatan berharga itu berlalu begitu saja hanya karena kita menunda untuk segera melakukannya?

Jangan pernah menunda apa yang bisa kita kerjakan pada hari ini. Ini adalah salah satu prinsip kesuksesan yang sangat penting. Biasakanlah diri untuk selalu menunda-nunda, maka kesuksesan yang kita impikan juga akan tertunda. Napoleon Hill, seorang motivator berkata, “Yang berarti bukan apa yang akan Anda kerjakan melainkan apa yang sedang Anda kerjakan sekarang.” Banyak orang gagal meraih kesuksesan karena penyakit suatu hari. Mereka harusnya bisa meraih kesuksesan pada hari ini, tetapi mereka memilih untuk menundanya dan berkata akan melakukannya pada suatu hari. Apa yang bisa kita kerjakan pada hari ini adalah anugerah Tuhan yang harus kita responi dengan cepat. Jika kita menunda untuk melakukannya, ada kalanya itu berarti kita secara tidak sengaja menolak berkat dan keberhasilan yang diberikan oleh Tuhan bagi kita pada hari ini. Jadi, jangan biasakan untuk melakukan penundaan dan terjangkit dengan penyakit suatu hari.

Jangan pernah menunda apa yang bisa kita kerjakan pada hari ini.
!-- Begin ShoutMix - http://www.shoutmix.com -->
Kotak Berbagi-SMS